Pagi itu, saya ngantor seperti biasa, bukan kantor layaknya pegawai berseragam, yang saya maksud kantor di sini adalah warung kopi tempat nyangkruk biasanya. Saya menyebutnya kantor karena saya juga berseragam, seragam hijau khas ojek online. Di sana sudah ada rekan saya, lelaki berusia empat puluhan, saya biasa memanggilnya cak toyib, bukan karena dia tidak pulang-pulang setelah dua kali lebaran,...
0 Response to "Paijo dan Cak Toyib"
Posting Komentar