Bu Idah tersenyum kecut waktu gw pada akhirnya berani nembak dia. Pasti dia mikir ni bocah sudah cukup gila mengutarakan niat aneh terhadap perempuan
berumur setengah abad kayak dia.
Satu2nya alasan dia gak langsung menghardik, memaki2, bahkan nabok muka karena hidupnya memang bergantung sama gw, sangat bergantung...
Budi baik gw selama dia kerja di rumah jadi pembokat setaun terakhir sudah gak terhitung. Mulai dari bayarin sekolah anak bungsunya, butuh uang dadakan, sampe rutin sembako...
0 Response to "buk Idah"
Posting Komentar