Ketika aku mendekati pintu, suara-suara yang gugup semakin terdengar lebih jelas. Mantan istriku, Wati, yang kuceraikan delapan tahun yang lalu
sedang memberikan perintah-perintahnya pada seseorang. Aku mendengar suara tawa yang renyah dari putri bungsuku, Erna yang berusia sembilan belas tahun, dan protes dari kakaknya, Endang, sang pengantin wanita.
Dalam usianya yang ke-duapuluhsatu tahun, muda dan keras kepala, saat menceritakan padaku kalau dia akan menikah, aku terdiam merasa kecewa...
0 Response to "pernikahan putriku"
Posting Komentar